Kolang-kaling merupakan produk olahan yang berasal dari pohon aren (Arenga pinnata). Kolang-kaling diperoleh dari buah aren setengah matang dengan cara membakar atau merebus. Buah aren yang diolah tidak boleh terlalu tua, karena akan mempengaruhi mutu dari kolang-kaling yang dihasilkan. Kolang-kaling menjadi komoditas unggulan dari Kabupaten Pangandaran, khususnya di Desa Langkaplancar. Maka tak heran, jika sebagian besar masyarakat di Desa Langkaplancar berprofesi sebagai petani kolang-kaling. Bahkan di Desa Langkaplancar sendiri, permintaan kolang-kaling tergolong tinggi. Terutama pada saat Ramadhan, permintaan akan kolang-kaling melonjak drastis, sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan sampah kulit kolang-kaling. Hal ini diakibatkan karena belum ada inisiatif dari masyarakat sekitar mengenai pengolahan dan pengelolaan lebih lanjut dari kulit kolang-kaling tersebut. Oleh karena itu, mahasiswa KKN Tematik 385 UNS, membuat inovasi mengenai pembuatan pupuk kompos berbahan dasar kulit kolang-kaling.
Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa KKN Tematik 385 UNS adalah membuat pupuk kompos dari kulit kolang-kaling bersama dengan masyarakat Desa Langkaplancar. Kegiatan diawali dengan penjelasan materi mengenai pupuk kompos secara umum dan pupuk kompos dari kulit kolang-kaling yang dilakukan oleh perwakilan mahasiswa. Tujuan dari kegiatan ini adalah mengelola dan mengolah limbah dari kolang-kaling, yaitu kulitnya menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan. Serta dengan kegiatan ini, diharapkan masyarakat dapat mengurangi tumpukan sampah kulit kolang-kaling sehingga tidak mencemari lingkungan.
Kegiatan ini diawali dengan penjelasan materi singkat, selanjutnya dilakukan demonstrasi. Masyarakat yang mengikuti kegiatan ini juga dengan sukarela menawarkan bantuan dalam pembuatan pupuk kompos tersebut. Adapun alat dan bahan dalam pembuatan pupuk kompos ini adalah kulit kolang-kaling, EM4, dan gula pasir. Gula pasir sendiri bisa diganti menggunakan molase atau tetes tebu. Lalu bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam drum, dengan perbandingan 1 kg kulit kolang-kaling, dicampurkan dengan 1 tutup botol EM4 dan 3 SDM gula pasir. Setelah itu diaduk sampai semuanya tercampur merata. Jika sudah maka drum ditutup, diamkan selama kurang lebih 2 minggu. Setiap hari diusahakan drum dibuka satu kali dan diaduk agar tidak terjadi penumpukan gas di dalam drum. Hasil akhir dari kompos ini dapat digunakan sebagai pupuk tambahan dalam media tanam atau dapat juga digunakan sebagai pupuk organik untuk meminimalisir penggunaan pupuk kimia, sehingga hasil tanaman lebih sehat.